Hadiah yang Tak Tersampaikan
Saat pelajaran kosong, Jesi melihat Sheila melamun sambil senyum – senyum sendiri. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Hal itu membuat Jesi penasaran.
“Sheil, kamu sedang mikirin apa sih? Kok sepertinya sesuatu membuat hatimu berbunga – bunga?”tanya Jesi. ”Hehehehe… Kamu mau tau mengapa hari ini hatiku bahagia? Seseorang telah membuatku menjadi seperti ini, ia datang secara tiba – tiba tanpa terduga.”kata Sheila sambil makan lollipop.”Siapa? Ryan? Ardi?” Jesi menebak – nebak. “ Bukan… Kamu jangan ngasal deh.. Yang aku maksud adalah Richo. Dia adalah temanku semasa kecil. Semenjak pindah ke luar negeri aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan dia, ya bisa dibilang hampir lost contact. Tapi sebulan yang lalu ia menghubungiku dan mengatakan bahwa ia sudah kembali ke Indonesia. Kami mulai sms.an saling menanyakan kabar.” jelas Sheila. “ Wah iya, tidak terkira. Memang jodoh itu tidak ke mana – mana. Tapi sebenarnya kamu ada perasaan suka gak sih sama Richo?” tanya Jesi. “ Maksudmu?? Ya sih memang sejak dulu aku senang dengannya. Dari segi intelektual dia memang pintar, sopan , ya pokoknya secara keseluruhan dia sesuai dengan kriteriaku. Tapi sayangnya sudah 5 tahun kami belum pernah bertemu lagi. Belum ada kesempatan.” Wajah Sheila mulai memerah. Namun perbincangan mereka terhenti karena guru mapel selanjutnnya sudah masuk kelas.
Malam harinya Jesi berpikir bagaimana cara untuk membantu Sheila agar bisa bertemu dengan Richo. Kemudian muncul suatu ide, bulan ini akan ada pensi. Jesi sudah membeli tiket, namun ternyata pada hari diadakannya pensi Jesi tidak bisa hadir karena ada acara lain. Sehingga timbul niat untuk memberikan tiket tersebut pada Sheila agar dia bisa bertemu dengan Richo.
Keesokan harinya, Jesi mengusulkan ide tersebut pada Sheila. Ia pun senang dan mengucapkan terima kasih. Tapi hal yang ia khawatirkan apakah Richo mau menerima ajakannya dan bisa hadir pada pensi tersebut. Dua hari sebelum hari H akhirnya Richo memberikan konfirmasi bahwa ia dapat datang ke pensi tersebut. Tentunya hal ini membuat Sheila bahagia. “ Terima kasih Jesi, tapi sangat disayangkan kamu tidak bisa datang.” “ Ya tidak apa – apa. Yang penting kamu bisa bertemu Richo. Jangan lupa traktirannya ya jika kalian jadian.” kata Jesi sambil tersenyum lebar.
Pada Sabtu sore, Sheila menunggu Richo di dekat gerbang gedung sekolah. Sebelumnya mereka telah janjian. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 namun Richo belum nampak juga. Sheila mulai gelisah, tetapi ia berusaha untuk tenang. Setelah menunggu cukup lama, seseorang menepuk pundak Sheila dari belakang. Sheila kaget. Ia langsung membalikkan badan. Ia melihat sesosok cowok berperawakan tinggi dan ia tidak mengira bahwa cowok yang berdiri di hadapannya adalah Richo. Cowok itu menyapa Sheila “ Kamu Sheila kan? Masih ingatkah siapa aku?” “ Hm…. Kamu Richo ya? Wah banyak perubahan yang terjadi pada dirimu sampai – sampai aku hampir tak mengenalmu.” ucap Sheila dengan malu – malu . “ Tapi masih ganteng kan?” “ Ah dasar kamu kepedean.. “tukas Sheila. Sambil menunggu pensi dimulai, mereka berdua makan terlebih dahulu di restaurant favorit Sheila. Di sana mereka ngobrol dengan asyik walaupun awalnya mereka sempat diam – diaman karena bingung apa yang akan mereka bicarakan. Tak terasa hampir 1 jam waktu terlewatkan. Tetapi mereka masih bisa menyaksikan pensi tersebut. Walaupun pensi telah usai namun pengalaman Sheila bertemu dengan Richo tak terlupakan. Sheila selalu mengingat peristiwa itu. Hal itu ditunjukkan ketika keesokan harinya Sheila menceritakan semuanya secara detail pada Jesi.
“ Jesi, kamu tahu ga?” kata Sheila dengan girang. “ Tahu apa sih? Kamu gag jelas ngomongnya sih.” Kata Jesi sambil tertawa. “ Kemarin hatiku berbunga – bunga sekali, bisa bertemu Richo. Kami ngobrol banyak. Dia juga meneceritakan pengalamannya selama tinggal di Jepang. Awalnya sih kami sempat diam – diaman soalnya masih malu – malu. Tapi tak apalah yang penting kami masih bisa ngobrol banyak. “ Ya tak apa yang penting kalian masih saling berkomunikasi.” Sejak saat itu Sheila dan Richo selalu komunikasi. Hubungan mereka menjadi tak sekedar hubungan teman.
Dua bulan kemudian,…….
Malam harinya Sheila menelpon Jesi. Jesi curiga, pasti ada sesuatu yang telah terjadi. Dan ternyata benar, Sheila mengatakan bahwa Richo baru saja menembaknya. Tentu, hatinya sangat senang seperti ingin meledak saja. Dan Jesi berharap semoga hubungan mereka dapat awet.
Namun ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Setelah berjalan selama 10 bulan, hubungan mereka kandas di tengah jalan. Pada malam harinya, Sheila menelpon Jesi. Ia sempat menjerit histeris pertanda frustrasi dan tak percaya. Dan rangkaian kata – kata yang ia ucapkan terapatah – patah disertai dengan isakan tangis yang pilu. Jesi mulai panik. ”Apa yang telah terjadi padamu?” “ Jesi…… Richo memutuskanku.. Aku tak tahu mengapa ia tega melakukan hal ini padaku. Ia juga tak menjelaskan apa alasan ia tega memutuskanku begitu saja. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” kata Sheila sambil menangis. “ “ Coba kamu sms dia lagi, tanyakan alasannya.” Kata Jesi. Tapi sepertinya Sheila tidak mempunyai niat untuk bertanya seperti itu lagi pada Richo. Kemudian timbul niat Jesi untuk mengirim message pada Richo tapi tak ada balasan. Yah mungkin harus berakhir dengan tidak jelas seperti ini.
Tapi sesuatu ter jadi setelah 3 bulan Sheila dan Richo tak berkomunikasi lagi. Sheila penasaran ada orang yang sering menelponnya dan mengirimkan bunga dengan identitas Vian. Tetapi yang membuat Sheila curiga adalah suara dan cara berbicaranya mirip dengan Richo. Kadang – kadang ia juga sering melihat ada sepucuk surat di kotak pos di rumahnya. Dari surat itu Sheila bisa menebak itu adalah Richo walaupun Richo menggunakan penyamaran. Hal ini terjadi selama 3 bulan. Namun hal yang mengejutkan adalah surat terakhir yang dikirim oleh ‘Richo”. Melalui surat itu, Richo mengakui bahwa yang selama ini mengirimi bunga dan sebagainya adalah dirinya. Setelah Richo introspeksi diri ia mengakui bahwa selama bersama Sheila ia adalah sosok yang kaku dan dingin. Namun ia mengakui bahwa sekarang ia telah berubah. Ternyata hal ini yang mendasari putusnya hubungan Richo dan Sheila. Dalam surat tersebut ada kata – kata yang sebenarnya mengandung makna Richo akan mengajak Sheila balikan lagi. Selain itu Richo juga mengajak Sheila nonton film. Ia akan menjemput Sheila nanti sore pukul 18.30. Tentunya Sheila tak bisa menolak. Namun saat sudah siap, hati Sheila sangat gelisah. Ia mempunyai firasat yang tidak enak.Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 tetapi Richo tak kujung datang. Muncul pemikiran negative dari Sheila bahwa Richo hanya mempermainkannya saja. Tapi ia berusaha untuk tenang. 1 Jam telah berlalu, Richo tak kunjung datang. Kemudian timbul niat Sheila untuk menelponnya, namun yang menganggetkan yang menerima adalah mama Richo. Dari pembicaraan tersebut mama Richo menangis sambil mengatakan bahwa Richo mengalami kecelakaan yang menewaskannya. Hal ini membuat Sheila kaget seperti disambar petir. Tetes air mata mulai membasahi pipinya dengan deras. Ia menelpon dan mengajak Jesi ke rumah sakit untuk melihat Richo untuk terakhir kalinya. Saat sampai di sana tangis Sheila semakin menjadi – jadi. Ia hampir saja pingsan. Dan di saat yang sama mama Richo memberikan sebuah bingkisan spesial dari Richo yang seharusnya dibawa oleh Richo pada Sheila tadi sore. Dengan tangan gemetar Sheila membuka bingkisan tersebut. Ia melihat jam dinding dengan background foto Sheila dan Richo dulu. Di balik jam tersebut terselip juga sepucuk surat yang mengatakan Selamat Ulang Tahun Sheila. Tak disangka,ternyata Richo masih ingat kapan ulang tahun Sheila. Sheila juga tak menyangka bahwa hari ini adalah hari yang special baginya. Kemudian dengan perlahan Sheila menatap langit yang bertaburkan bintang, sambil berkata, “ Richo, semoga kamu bahagia di sana. Aku yakin pasti suatu kali kita dapat bertemu lagi.”